Tiga Sahabat
Judul Cerpen Tiga SahabatCerpen Karangan: Jusnani
Kategori: Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 3 April 2017
Aku memiliki dua teman Sumarni dan Maya, Sumarni biasa dipanggil Marni, orangnnya cuek sesekali perhatian, satu lagi Maya emmm baik, cerewet dan yang paling aku suka darinnya itu simple, perhatian pastinnya.
Kami berteman sudah cukup lama kurang lebih sekitar empat tahun, tempat kerja adalah tempat kami berjumpa setiap harinnya, dari pagi hingga sore kami menghabiskan waktu bersama, seperti biasa ketika memasuki waktu istirahat kami akan membuka bekal masing-masing, namun hari ini suasananya sedikit berbeda diawali dengan gurauan ala-ala kami bertiga yang berujung pada curahan hati atau curhat.
“May kapan rencanamu pulang kampung” Tanya Marni kepada maya, pertanyaan yang sepertinnya ia pendam dari tadi pagi raut wajahnnya yang ceria kini mulai serius,
“kata mama sih bulan depan lepas gaji” maya membalas pertanyaan marni dengan polos dan gayanya simple,
“Hm…mm kira-kira tanggal berapa” aku mencoba mencari kejelasan dari Jawaban Maya
Saking enaknnya makan maya tidak menghiraukan pertannyaanku ia tetap menyantap makanan yang berada di hadapannya, sontak Marni memukul pundak Maya
“Plak… Woyy ditanya malah asik makan”
Maya pun terkejut “Eh… Sory gak denger” melihat raut muka maya yang kebingungan, kami tertawa
“Jadi kira-kira Tanggal berapa pulang kampung?” tanyaku lagi
“Kata mama sih tanggal 12 gitu” jawabnnya singkat
“wah… pas banget dong aku juga pulang tanggal segitu” timpalku, mataku tertuju pada Marni yang mendadak murung
“Mar kamu kenapa sepertinnya sedih sekali”
“aku gak apa-apa hanya sedih saja membayangkan kalian pergi” marni bertutur dengan nada sedih
“Loh kenapa mesti sedih”
“jelas sedih dong kalian berdua kan mau balik kampung, itu berarti kalian mau meninggalkan aku kalau aku sedih siapa temanku, siapa yang akan memelukku siapa yang akan mendengarkan panjang lebar curhatku” aku melihat Marni penuh kesedihan tanpa sadar air matannya meleleh dengan segera kami memeluk Marni
“Marni-marni kamu itu lucu” jawabku
“Kami kan pulang kampung hanya beberapa bulan saja tidak untuk selamannya, doakan kami selamat di perjalanan” timpal Maya “kita kan sahabat tidak mungkin terpisahkan apalagi ini hanya oleh balik kampung” mendengar jawaban Maya yang polos tiba-tiba marni menyembulkan senyumnya dari dekapan kami.
“Sudah-sudah cepat kita habiskan makanan ini, sebentar lagi kita harus kerja, tidak usah sedih lagi” jawabku
Setelah selesai makan kami kembali memikul beban masing-masing kembali ke pekerjaan kami, hingga matahari mulai turun dan traktor jemputan memberikan tanda agar kami segera naik dan pulang.
Semenjak Ada Dia
Judul Cerpen Semenjak Ada DiaCerpen Karangan: Leilika Listiana Lestari
Kategori: Cerpen Persahabatan, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 28 March 2014
Kalian masing-masing pasti mempunyai sahabat. Entah itu laki-laki atau perempuan, entah berapa banyaknya, satu atau dua, entah berapa jauh jarak umurnya dibandingkan kalian. Sahabat, satu kata yang bermakna bagi kalian. Sahabat adalah teman sejati, biasanya kita berbagi curhat, rahasia, cerita, dan lain-lain kepada mereka, dan meminta mereka untuk menyimpan rahasia itu baik-baik agar tak diketahui orang lain.
Hai namaku Vera Shella Ariva, umurku 14 tahun dan aku bersekolah di SMP NEGERI 1 Bogor. Aku mempunyai dua sahabat perempuan yaitu Steva dan Stevi. Ya mereka adalah anak kembar. Steva dan Stevi adalah anak yang baik, sopan, pintar dan cantik. Aku bersahabat dengan mereka sejak kelas 7 SMP dan kami pun selalu bersama, namun saat awal kelas 8 persahabatan kita mulai tergoyah karena ada seseorang yang sangat menyebalkan duduk di samping Stevi dia adalah Catty, orang yang sok akrab, sok pintar, yang selalu ingin menang sendiri dan sukanya ngatur. Dari kelas 7 banyak teman-teman sekelas yang tidak suka padanya, bahkan suatu ketika dia pernah dimusuhi anak satu kelas.
Sejak Catty duduk di samping Stevi, Catty menjadi dekat dengan Stevi dan otomatis Catty juga dekat dengan Aku dan Steva, dan lama kelamaan Aku, Steva, Stevi, dan Catty menjadi sahabat, dan semenjak kita bersahabat Catty mulai mengatur-atur Aku, Steva, dan Stevi dan kita pun selalu menurut dengan apa yang Catty bilang. Dan entah mengapa akhir-akhir kelas 8 aku berfikir kalau Aku, Steva dan Stevi hanya seperti robot yang hanya di suruh-suruh. Dan sejak saat itu juga aku mulai menjauh dari Catty dan otomatis aku juga menjauh dari Steva dan Stevi. Dan semenjak Aku jauh dari mereka banyak teman-teman yang bertanya “Ver!! Kenapa kamu nggak main lagi sama Steva dan Stevi? Kamu lagi marahan ya sama mereka?”, Hampir semua teman satu kelasku bertanya seperti itu bahkan, teman-temanku yang bukan satu kelas denganku bertanya seperti itu kepadaku, karena mereka tahu kalau sejak kelas 7 Aku, Steva, dan Stevi itu selalu bareng. Ke kantin selalu bareng, ngobrol selalu bareng, ngerumpi selalu bareng, foto selalu bareng, dan sampai ke WC pun juga selalu bareng, dan pokoknya semua serba bareng deh, tapi kini semuanya telah hilang, semuanya telah lenyap sejak Catty dekat dengan kita.
Suatu ketika Aku membuka jejaring sosial facebook di beranda facebook aku melihat Steva membuat status yang isinya menyindirku, saat itu juga hatiku memanas, dan mataku ingin mengeluarkan cairan bening. Tak ku sangka Steva sahabatku dulu sekarang menjadi seperti ini. Tak kusangka Steva sahabatku dulu sekarang membenciku, dia sudah berubah, dia tidak seperti dulu.
Semenjak aku menjauh dari Steva dan Stevi Aku selalu memikirkan, dan melamunkan Steva dan Stevi. Suatu ketika Aku memutar memori masa laluku, memori saat bersama Steva dan Stevi, memori yang tak pernah bisa untuk kulupakan, terutama memori masa laluku saat bersama Steva. Seperti dulu, Aku masih duduk satu bangku dengan Steva, Walaupun Aku dan Steva masih duduk satu bangku seperti dulu, tetapi Aku merasa berbeda, Aku merasa seperti ada pembatas di bangku itu, pembatas itu adalah aku dan Steva sekarang hanya teman biasa, bukan seperti dulu teman yang seperti yang luar biasa teman yang seperti kain dan kapas, teman yang tidak akan pernah terpisah, teman yang saling berhubungan. Tapi aku tahu, aku sendiri yang membuat pembatas itu, pembatas yang membuat semua berbeda.
Sekarang aku hanya bisa menangis. Setiap hari memori otakku selalu mengingatkanku tentang kenangan-kenangan yang indah, indah saat bersamanya, saat kita bercanda tawa bersama, saat menyanyi bersama, dan saat kita masih bersama. Kami melewatinya secara bersama, melewati teriknya matahari, melawan dinginnya malam, melawan derasnya hujan, dan bersinar terang saat kami bersama. Namun semua ini telah hilang, dan hilang semenjak ada dia.
0 komentar:
Posting Komentar