Rabu, 12 April 2017

dakwa sirriyah dan dakwah jahriyah

Dakwah Jahriyah

 الجهر بالدعوة
  DA’WAH TERBUKA
       
Penduduk Mekah mengamati gerakan Rasulullah saw di masyarakat, dan mereka menemukan jejak da’wahnya di tengah-tengah masyarakat Mekah pada masa da’wah sirriyah. Hanya saja mereka menganggapnya sesuatu yang kecil, tidak menyentuh para pembesar dan penasehat, yang sering muncul setiap waktu di pasar-pasar Arab dan kampung-kampungnya, kemudian hilang. Karena itu pada awalnya, mereka tidak menganggap da’wah Nabi sebagai ancaman. Mereka meyakini bahwa para pengikut itu akan segera bubar dari Nabi akan pindah kembali ke agama mereka sampai akhir. التحول من السر إلى الجهر PERUBAHAN DARI SIRRIYAH KE JAHRIYAH Di sisi lain, da’wah telah memiliki tokoh-tokoh yang beriman dan menjadi komunitas yang solid. Telah menjadi kebiasaan Nabi berkumpul dengan mereka untuk memberikan pengarahan dan pengajaran. Maka Nabi memilih rumah Al Arqam bin Abil Arqam, salah seorang terdepan dalam Islam sebagai tempat pertemuan, taujih dan shalat. Rasulullah terus melakukan da’wah sirriyah sampai Allah ijinkan untuk merubah caranya dari sirriyah ke jahriyah, dari tersembunyi menjadi terbuka, mengumandangkannya agar semakin luas wilayahnya. Ketika itu Allah turunkan ayat yang mewajibkan Rasulullah melakukan hal ini. وأنذر عشيرتك الأقربين , واخفض جناحك لمن اتبعك من المؤمنين , فإن عصوك فقل إني بريء مما تعملون 214. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, 215. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang- orang yang beriman. 216. Jika mereka mendurhakaimu Maka Katakanlah: "Sesungguhnya Aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan" ( QS. Asy Syu’ara: 214-216 ) Ketika itu Rasulullah saw melaksanakan perintah Rabbnya. Tsiqahnya (keyakinan) kepada Allah memenuhi dirinya dalam kebenaran da’wah yang dibawanya. Beliau naik bukit Shafa, menyerukan dengan lantang: “Wahai Bani Fihr… Wahai Bani ‘Adiy… “ isi suku Quraisy dipanggil semua sehingga mereka berkumpul. Dan yang tidak dapat hadir menyuruh utusan untuk mendengarkan berita yang hendak disampaikan. Lalu Rasulullah saw berbicara: أرأيتم لو أخبرتكم أن خيلاً بالوادي تريد أن تغير عليكم أكنتم مصدقي ؟ “ Bagaimana pendapat kalian jika saya sampaikan bahwa ada pasukan berkuda di lembah yang hendak menyerang kalian, apakah kalian membenarkannya? “ قالوا : نعم ! ما جربنا عليك إلا صدقاً Mereka menjawab: “ Ya, kami tidak pernah membuktikan ucapanmu kecuali selalu benar. “ قال : فإني نذير لكم بين يدي عذاب شديد!! Kata Nabi: “ Sesungguhnya kami memperingatkan kalian dari adzab yang berat. “ فقال أبو لهب : تباً لك ! ألهذا جمعتنا ؟!( ) . Abu Lahab berkata: “ Celaka engkau! Hanya untuk urusan ini, engkau kumpulkan kami. Maka Allah turunkan dalam hal ini ayat yang berbunyi: تبت يدا أبي لهب وتب(1) ما أغنى عنه ماله وما كسب(2) سيصلى نارا ذات لهب(3) وامرأته حمالة الحطب(4) في جيدها حبل من مسد(5) 1. Binasalah kedua tangan abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa 2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. 3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. 4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar 5. Yang di lehernya ada tali dari sabut. مكة وأهلها بعد الجهر بالدعوة MAKKAH DAN PENDUDUKNYA PASCA DA’WAH JAHRIYAH Rasulullah mulai da’wah terbuka dengan tetap bertawakkal kepada Allah, menyampaikan di tengah-tengah umat manusia bahwa dirinya adalah pembawa peringatan bagi mereka dari azab hari kiamat. Berita ini tersebar luas setelah pertemuan di bukit Shafa. Warga Mekah baru menyadari bahwa masalahnya serius bukan main-main. Muhammad saw terus dengan da’wahnya, yang mengimaninya juga terus bertambah dan siap berkorban fi sabilillah. Maka orang Quraisy mulai merasakan ancaman bahaya dari da’wah ini yang akan menghancurkan apa yang mereka dapati dari nenek moyangnya, menyembah berhala. Mulai berubah tatanan yang sudah mapan antara tuan dan budak. Keluarga terbelah atas dasar iman dan kufur. Kebanggaan nasab dan kedudukan mulai luntur. Setelah peristiwa Shafa, Mekah mulai diliputi kewaspadaan dan goncangan, mulai berfikir menghadapi da’wah yang hampir menggeser tradisi dan wairsan dari nenek moyangnya. لماذا وقفت قريش في وجه الدعوة الإسلامية ؟ MENGAPA SUKU QURAISY BERDIRI MELAWAN DA’WAH ISLAM? دعوة الإسلام إلى الإصلاح والمساواة 1. DA’WAH ISLAM KEPADA PERBAIKAN DAN KESETARAAN Sesungguhnya prinsip Islam yang Rasulullah ajarkan menghancurkan pilar-pilar masyarakat jahiliyah yang dibangun di atas kesukuan, membelah manusia berdasarkan kedudukan, keturunan, kekayaan dan upaya pemenuhan nafsu tanpa batas. Maka bagaimana mungkin kaum seperti ini mau meninggalkan hak-hak istimewa yang telah lama mereka rasakan dan menjadi pilar hidup serta tegaknya kekuasannya? Kaum Quraisy sangat takut dengan apapun yang baru meskipun itu benar. Mereka lebih senang dengan yang klasik yang diwarisi dari nenek moyangnya meskipun bathil (salah). حرص الزعماء على الرياسة 2. AMBISI KEKUASAAN Para pembesar dan pemuka Quraisy berdiri melawan da’wah Islam karena rasa hasad (iri) dalam dirinya sendiri. Karena merekalah orang yang paling berambisi untuk menjadi pemimpin, sehingga mereka buta dari kebenaran. Mereka tidak melihat Rasulullah, kecuali sosok yang akan mengambil sendiri seluruh kekuasaan. Dalam dugaan mereka bahwa da’wah adalah kekuatan yang memberikan kepada pembawanya ghanimah materi dan kekuasaan. عبادة الأصنام تيسر لهم ارتكاب السيئات 3. MENYEMBAH BERHALA MEMUDAHKANNYA MELAKUKAN KEBURUKAN Warga Makkah mengakui bahwa berhala mereka tidak mampu mendatangkan keuntungan atau menghindarkan bahaya. Berhala itu tidak akan menuntut mereka karena kesalahan yang mereka buat. Dari itulah mereka dapat melakukan apa yang mereka inginkan. Mereka menyadari jika beriman kepada Allah, maka mereka akan diperhitungkan apa yang telah mereka perbuat. Sehingga mereka menolak beriman dan meneruskan kufurnya untuk dapat menikmati kebebasannya dan kebahagiaan dengan berhalanya. الإيمان بالآخرة يلزمهم بالصلاح ويمنعهم من الظلم 4. MENGIMANI AKHIRAT MENGHARUSKAN BERAMAL SHALIH DAN MENCEGAHNYA DARI PERBUATAN ZHALIM Ayat-ayat tegas yang dibacakan Nabi Muhammad saw mengetuk telinganya, mengingatkan mereka dari adzab Allah ketika mereka dihadapkan dengan perhitungan amal yang detail setelah kematian. Jika mereka beramal baik maka surga balasannya, dan jika beramal buruk maka neraka abadi telah menantinya. Orang-orang Quraisy mengalami kebimbangan tentang kebangkitan, perhitungan dan surga, karena keterikatan mereka dengan kenikmatan sesaat hari ini. Adapun mengimani surga maka akan mengharuskan mereka beramal shalih, hati terus terjaga, usaha yang serius, hidup mulia. Sedang mereka ingin lepas dari semua tugas ini agar dapat melakukan maksiat, memenuhi syahwat, tanpa ada pengawas atau penghitung. Dari semua itulah mereka melakukan perlawanan keras dan penolakan terhadap da’wah tauhid, dendam kepada Rasul yang mulia dan para pengikutnya yang beriman. قريش على طريق الخصومة والعداء 5. SUKU QURAISY DI       

Da'wah Sirriyah

إليه Da'wah Sirriyah الدعوة إلى الإسلام سراً والسابقون Auf, dll. Dan kita disuruh memilih nama terbaik bagi anak-anak kita. DA’WAH SIRRIYAH DAN PARA PENDAHULUNYA الدعوة إلى الإسلام سرا A. DA’WAH SIRRIYAH Rasulullah saw mengamalkan perintah Rabbnya dengan memulai da’wahnya di Makkah kepada orang-orang yang paling dekat dengannya. Menyampaikannya dengan sangat hati-hati. Secara alami Rasulullah saw sampaikan kebenaran yang Beliau terima itu kepada orang yang ada di sekitarnya baik keluarga maupun teman, orang yang dirasa bisa dipercaya, keikhlasannya, lurus pemikirannya dan mengenalinya. Orang yang dari gelagat dan jalan hidupnya akan mendorong untuk membenarkan dan mengimaninya. Hal ini dilakukan dengan sirriyah (sembunyi-sembunyi) untuk menghindari gangguan dan kemarahan orang-orang musyrik. Jika ada salah seorang yang terbuka hatinya untuk Islam, ia datang menemui Nabi Muhammad saw lalu menyatakan keimanannya dan menerima arahan Nabi, sehingga mereka berkumpul di rumah Al Arqam bin Abil-Arqam dengan sembunyi-sembunyi dari orang Quraisy yang menyembuinmyikan permusuhan dan kebencian pada siapapun yang keluar dari ritual ibadahnya dan meninggalkan Tuhannya. Para pendahulu Islam ini jika mereka ingin shalat, mereka pergi ke lembah Makkah yang rendah, lalu mereka melaksanakan shalat di sana sehingga Islam menyebar di Makkah. Kemudian Allah swt menurunkan Al Qur’an kepada Rasul-Nya untuk semakin menambah keteguhan imannya. مدة الدعوة السرية B. MASA DA’WAH SIRRIYAH Sudah menjadi ketetapan Allah bahwa da’wah sirriyah ini berlangsung selama tiga tahun. Waktu yang cukup untuk menyebarkan agama baru bagi penduduk Makkah, kepada orang-orang yang berjiwa besar yang bergegas mengimaninya karena ketsiqahan mereka dengan Rasulullah saw, penghormatan dan kekaguman mereka kepada pribadinya, disertai ketepatan akal mereka dalam menilai hakekat Islam yang dida’wahkan kepadanya. Maka masuklah ke dalam hati mereka rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, mengikuti apa yang diserukan kepadanya, yaitu hanya menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan kepada berhala. Jumlah mereka sekitar tiga puluh orang. الرعيل الأول من المسلمين C. KAUM MUSLIMIN ANGKATAN PERTAMA Inilah kelompok pendahulu. Orang-orang yang ada pada waktu yang berbahagia, maka segeralah mereka mentaati Allah dan Rasul-Nya, sehingga mereka menjadi generasi dan kelompok orang-orang pertama yang beriman kepada Rasulullah saw, menghormatinya, membelanya, dan mengikuti cahaya yang diturunkan kepadanya. Sejarah mencatat kecepatan mereka kepada Islam dalam lembaran cahaya, yang selalu menjadi kebanggaan kaum muslimin di setiap ruang dan waktu. Orang-orang yang mula-mula beriman dan membenarkan Nabi Muhammad adalah keluarga dan istrinya. 1. Khadijah binti Khuwailid ra Suatu yang wajar jika ia bergegas mengimaninya. Ia telah membuktikan amanah, shidq, ketinggian jiwa, cinta kebaikan dan kasih sayang sepanjang hidupnya. Dalam beberapa tahun ia menyaksikannya tahannuts (ibadah panjang). Kebenaran memenuhi jiwanya, ia cari dengan ketinggian hati, jiwa dan akalnya, melewati pikiran kaumnya yang menyembah berhala, mendekatkan diri dengan berbagai pendekatan. Orang-orang yang menganggap berhala itu bisa mendatangkan bahaya dan mendatangkan keuntungan, mereka menganggapnya layak untuk disembah dan disucikan. Ia menyaksikan ibadahnya beberapa tahun, dan menyaksikan langsung bagaimana Beliau pulang dari gua Hira setelah ditunjuk sebagai Nabi dalam kebimbangan besar atas apa yang dialaminya. Ia adalah orang yang paling dekat dengannya, sehingga menjadi orang yang paling mengenalnya, maka jadilah orang pertama yang mengimaninya. 2. Ali bin Abi Thalib ra. Ia tinggal bersama dengan Rasulullah saw yang mengasuh, merawatnya dan melindunginya sebagaimana melindungi anaknya untuk meringankan beban pamannya, Abu Thalib yang banyak anak dan sedikit hartanya pada saat orang Quraisy ditimpa paceklik. Ia sampaikan kepada pamannya Al Abbas bin Abdul Muththalib: “Sesungguhnya Abu Thalib adalah orang yang banyak anaknya, dan sekarang sedang terjadi paceklik, maka marilah kita ringankan bebannya, Engkau ambil satu dan saya ambil satu.” Keduanya berangkat ke rumah Abu Thalib dan menyampaikan pendapatnya. Al Abbas mengambil Ja’far bin Abi Thalib, dan Nabi mengambil Ali bin Abi Thalib. Ali berada dalam tanggungan Nabi sebagaimana anaknya, sampai datang masa kenabian ia berusia delapan tahun. Ia mengikuti seluruh amal Nabi, tidak pernah menyembah berhala sekalipun, atau tercemar oleh noda jahiliyah. Ketika Allah mengajarkan shalat kepada Nabi, ia dan Khadijah shalat bersama. Ali melihat keduanya ruku’ dan sujud, membaca Al Qur’an. Ali memperhatikannya dengan penasaran, setelah keduanya selesai ia bertanya untuk siapa keduanya bersujud. Nabi menyampaikan bahwasannya Beliau bersujud kepada Allah yang telah mengutusnya sebagai Nabi, memerintahkannya berda’wah, mengajak manusia kepada Islam, mengajaknya menyembah Allah saja, meninggalkan berhala, membacakan Al Qur’an. Maka Ali segera membenarkannya dan beriman kepada Allah. Maka dialah anak-anak pertama yang masuk ke dalam agama Allah, setelah Khadijah ra. 3. Zaid bin Haritsah ra Setelah Ali masuk Islam, Zaid bin Haritsah mantan budak Nabi saw masuk Islam. Budak yang dimerdekakan dan diangkat menjadi anak dengan pengumuman terbuka. “Wahai manusia, saksikanlah bahwa Zaid ini adalah anakku,” sampai Allah batalkan status anak angkat. Zaid lebih memilih tinggal bersama Nabi daripada pulang kembali ke keluarganya, karena cintanya kepada Nabi, kekagumannya dengan kemuliaan akhlaknya. Rasulullah saw juga mencintai dan memperlakukannya dengan baik sebagaimana perlakuannya kepada anaknya. 4. Abu Bakar Ash Shiddiq Namanya Abdullah bin Abi Quhafah, laki-laki dewasa yang pertama beriman. Ia orang yang sangat jujur dan dekat dengan Nabi Muhammad saw., Nabi memberinya gelar As Shiddiq. Dialah teman perjalanan hijrahnya ke Madinah. Abu Bakar dikenal kebersihan diri, amanah dan shidq. Karena itulah ia menjadi orang pertama yang diajak masuk Islam. Orang pertama yang diajari wahyu Allah yang diterima Nabi. Abu Bakar tidak ragu-ragu memenuhi ajakan Nabi. Orang-orang yang berakal sehat akan segera membenarkannya dan meninggalkan penyembahan berhala. Abu Bakar adalah sosok yang dimuliakan di tengah kaumnya, dibanggakan di suku Quraisy, dicintai. Mereka mengakui ilmu Abu Bakar tentang nasab (asal usul seseorang) perniagaan dan pergaulannya. Abu Bakar menyampaikan imannya kepada Allah dan Rasul-Nya itu kepada para sahabatnya. Mengajak kaumnya yang tsiqah dengannya. Demikianlah da’wah menyebar. Allah mudahkan penyebarannya lewat tokoh-tokoh seperti Abu Bakar Ash Shiddiq. Islamnya menjadi kunci bagi imannya komunitas shalih, orang-orang yang tsiqah, benar berpikir, haus akan kebenaran, kebaikan dan kemuliaan akhlaq. 5. Utsman bin Affan Usianya sekitar tiga puluh empat tahun, bekerja sebagai pedagang, memiliki keuntungan besar. Ketika pamannya tahu ia masuk Islam pamannya mengikatnya dan mengatakan: “Kamu sudah tidak suka dengan agama nenek moyangmu, dan pindah ke agama baru? Demi Allah, aku tidak akan melepaskanmu hingga engkau tinggalkan agama itu.” Ketika Utsman tetap komitmen dengan agama barunya, dan pamannya melihat ketegarannya, akhirnya pamannya meninggalkannya dengan putus asa. 6. Az Zubair bin Al Awwam Ketika masuk Islam, pamannya mengikatnya dengan rantai dan memasukkannya ke dalam ruangan kemudian dipenuhi asap, untuk menekannya agar kembali ke agama nenek moyangnya. Tetapi Allah menguatkannya dan memberinya kesabaran dari tekanan pamannya itu. Ketika masuk Islam, Az Zubair belum melewati usia murahaqah (menjelang baligh). 7. Sa’d bin Abi Waqqash Ketika ibunya, Hamdunah binti Sufyan bin Umayyah mengetahuinya telah masuk Islam, ia marah dan berkata: Hai Sa’d, aku dengar kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu. Aku bersumpah bahwa tidak ada lagi atap yang menaungiku dari panas dan dingin, dan tidak ada makan minum sehingga anaknya meninggalkan ajaran Muhammad.” Hal ini berlangsung selama tiga hari. Sa’d adalah orang yang sangat mencintai dan berbakti kepada ibunya. Dan ibunya ingin memaksanya kufur. Ketika ia bingung, ia mendatangi Rasulullah saw mengadukan keluhannya. Maka turunlah firman Allah: ووصينا الإنسان بوالديه حسنا وإن جاهداك لتشرك بي ما ليس لك به علم فلا تطعهما إلي مرجعكم فأنبئكم بما كنتم تعملون Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. ( QS. Al Ankabut: 8 ) Rasulullah menyuruhnya untuk bertahan dalam kebenaran. Dan ibunya pasti akan makan dan minum mencari tempat berteduh ketika sudah tidak tahan lagi. Tetapi Sa’d harus berbuat baik kepadanya selama tidak mengajaknya kepada perbuatan syirik. Karena setiap muslim berkewajiban berbuat baik kepada kedua orang tuanya dengan ucapan dan perbuatan, mentaati perintahnya selama tidak menyuruh kekufuran. Tidak ada kepatuhan kepada sesama makhluk untuk mendurhakai AL Khaliq. Termasuk dalam pendahulu Islam ini adalah : Abdurrahman bin Auf, bernama Abdu Amr di masa jahiliyah, lalu Rasulullah saw merubah namanya menjadi Abdurrahman. Ada pula Thalhah bin Ubaidillah, setelah itu Abu Ubaidah bin Al Jarrah, dan penduduk Mekah lainnya. 8. Shuhaib Ar Rumiy, Dialah Shuhaib bin Sinan, dikenal dengan Ar Rumiy karena pernah menjadi tawanan Romawi di waktu kecilnya, sehingga bicaranya terpengaruh oleh dialek Romawi. Kemudian dibeli oleh seseorang dari suku Kalb, lalu dijual di Mekah. Kata Shuhaib: Aku melihat Rasulullah saat itu hanya bersama lima A’bud (bernama Abd….), dua orang wanita dan Abu Bakar. Maksudnya adalah keadaan da’wah ketika dia masuk Islam. 9. Abdullah bin Mas’ud Semula adalah penggembala kambing milik keluarga ‘Uqbah bin Abi Mu’ith, salah seorang musyrik Quraisy. Ketika dia melihat ayat yang jelas dan seruan berakhlaq mulia dari Rasul yang mulia, ia tinggalkan berhala, dan menyertai Rasulullah saw dengan menjadi pelayannya, karena cinta dan penghormatannya kepadanya. 10. Abu Dzar Al Ghifari Seorang Arab Badui, berbahasa Arab fasih, dan indah ketika berbicara. Ketika mendengar diangkatnya Muhammad sebagai seorang Nabi, ia suruh saudaranya pergi ke Mekah mencari tahu tentang Rasulullah saw, yang mendapat wahyu dari langit. Ketika saudaranya datang ia diberitahu tentang ayat-ayat nyata yang didengar dan dilihatnya. Maka berangkatlah Abu Dzar dan berusaha untuk dapat bertemu dengan Rasul yang mulia ini. Ali bin Abi Thalib menerimanya sebagai tamu, karena Abu Dzar orang yang tidak dikenal di Mekah. Tamu ini meminta dengan sangat agar dapat bertemu dengan Rasulullah saw. Begitu ia mendengar langsung dari Nabi saat itu juga ia menyatakan syahadat, dan keluar ke masjid menyatakan Islam dengan suara kerasnya. Orang-orang memukulnya sehingga ia jatuh ke tanah. Al Abbas bin Abdul Muththalib menyelamatkannya dari pengeroyokan itu, mengingatkan kaumnya bahwa Abu Dzar adalah suku Ghifar, yang menjadi lintasan orang Quraisy ketika berdagang ke Syam. Keimanan yang memenuhi hati Abu Dzar menjadikannya tidak dapat mengendalikan diri untuk menyatakannya, meskipun berhadapan dengan derita. الإسلام يجمع أتباعه على مبادئه السامية D. ISLAM MENGHIMPUN PENGIKUTNYA DI ATAS PRINSIP YANG LUHUR Saat itu Nabi tidak membawa pedang yang dipakai untuk membunuh lawan. Tidak ada sesuatu yang membuat orang meninggalkan agama nenek moyangnya, mengikutinya untuk mendapatkan harta benda. Banyak di antara mereka yang lebih banyak kekayaannya daripada Nabi Muhammad saw, seperti Abu Bakar dan Utsman. Demikian juga para mustadh’afin yang mengikutinya lebih memilih duka, derita, lapar dan tekanan, padahal jika mereka mengikuti tuan-tuannya, mereka dapat lebih tenteram, lebih nikmat. Akan tetapi hidayah Allah itulah sebenar-benarnya petunjuk. Kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah yang mulia adalah cahaya yang melapangkan dada mereka untuk menerima iman. Tidak ada perbedaan antara tuan dan budak, antara bangsawan dan rakyat jelata, laki-laki dan wanita, miskin dan kaya, tua dan muda, kota dan pedalaman. Mereka semua terhimpun dalam agama baru dengan prinsip-prinsipnya yang mulia sehingga tersebarlah da’wah dan umat manusia masuk ke dalam agama Allah. Mereka mempersiapkan diri untuk tadhiyah (pengorbanan) di jalan da’wah dengan jiwa dan harta mereka, karena mereka mendapatkan rasa aman, ketenangan jiwa, kebahagiaan hakiki dan keberadaan mereka di dunia menjadi bermakna. Hidupnya memiliki tujuan yang akan dicapai. وفي رسول الله أسوة حسنة E. RASULULLAH TELADAN YANG BAIK Kenyataan di setiap (zaman wa makan) ruang dan waktu tidak pernah kosong dari para pendukung yang memiliki akal sehat, fitrah yang lurus dan orang-orang yang bergegas untuk mengimani apa yang telah diterimanya, meskipun berhadapan dengan penderitaan, atau kehilangan kenikmatan dunia, terutama jika menemukan pemimpin terdepan yang mulia, yang dengan akhlak dan amalnya menjadi potret hidup bagi apa yang diserukannya kepada umat manusia. Dan sesungguhnya Rasulullah saw adalah fakta dzahir aplikasi Al Qur’an. الدروس المستفادة F. PELAJARAN YANG BERMANFAAT 1. Yang dimaksud dengan SIRRIYATUDDA”WAH bukanlah tidak ada seorangpun yang terdengar berda’wah, akan tetapi maksudnya adalah SIRRIYATUL HARAKAH (gerakan tersembunyi), tidak terbuka dalam forum terbuka, atau yang sekrang disebut dengan DA’WAH FARDIYYAH 2. Seorang harus cepat bergerak, merekrut orang yang tsiqah lewat tajribah untuk ditawarkan da’wah kepada mereka. Hendaklah pandai memilih kader. Di antara orang-orang yang direkrut Abu Bakar As Shiddiq, enam di antaranya dijanjikan masuk surga. 3. Sebelum terbuka da’wah, seorang da’i wajib memiliki pilar kuat yang mampu menghadapi siapapun yang menghalangi da’wah 4. Seorang da’i harus menjaga da’wahnya dan pengikutnya sehingga dapat menyebar dan menemukan orang yang dapat membawa da’wahnya. Semakin tersembunyi gerakannya maka semakin menyulitkan lawan untuk memukulnya 5. Prioritas da’wah adalah orang terdekat. Dialah orang yang paling tahu dengannya. Hendaklah dimulai darinya, jangan meninggalkannya. Baik ia itu isteri, anak, orang tua, kerabat, tetangga, teman dekat, ataupun orang yang tsiqah dengannya. 6. Wanita shalihah berperan penting dalam menopang suaminya yang berdakwah seperti yang dicontohkan oleh Khadijah ra. 7. Seorang da’i tidak boleh membatasi dirinya pada generasi tertentu, atau kelas sosial tertentu. Orang pertama yang beriman dengan Nabi adalah Khadijah, anak kecil pertama adalah Ali bin Abi Thalib, orang merdeka adalah Abu Bakar ash Shiddiq. Zaid bin Haritsah adalah mantan budak Nabi. Mereka mewakili seluruh lapisan sosial. 8. Da’wah pada fase sirriyah telah mampun menghimpun seluruh lapisan masyarakat, besar-kecil, muda-tua, pria-wanita, budak-merdeka, miskin-kaya. Da’wah tidak hanya terbatas pada kelompok miskin dan hamaba sahaya saja, seakan-akan mereka adalah lapisan dendam sosial seperti yang difahami sebagian orang. Rumah Al Arqam bin Abi Al Arqam telah menghimpun seluruh kekayaan suku Quraisy. 9. Jumlah kaum muslimin pada masa da’wah sirriyah mencapai enam puluh orang, tiga puluh satu di antaranya datang dari pemuka quraisy, tiga dari qabilah lain, dua belas wanita, empat belas budak. Data ini menjawab anggapan yang menyatakan bahwa mereka yang mula-mula masuk Islam mayoritas budak dan fuqara. 10. Da’wah dengan qudwah hasanah (teladan yang baik) lebih efektif pengaruhnya dibandingkan dengan ucapan saja. Karena mayoritas orang yang menyambut da’wah adalah orang-orang yang paling mengenal Rasulullah saw, dan mengenal orang yang mengajaknya kepada Islam, seperti Abu Bakar Ash Shiddiq. Maka kita tidak bisa melupakannya. 11. Shalat sudah diwajibkan atas kaum muslimin sejak awal da’wah, meskipun berbeda bilangan rakaat atau waktunya, hingga peristiwa Isra’ Mi’raj, akan tetapi shalat telah diwajibkan bahkan menjadi sarana utama tarbiyah di Mekah, seperti yang diterangkan dalam surat Al Muzzammil 12. Ujian adalah salah satu sunnah da’wah. Maka setiap da’i harus bersabar dan berserah diri sehingga datang pertolongan Allah 13. Berbuat baik kepada orang tua adalah perintah agama meskipun mereka berbeda agama dengan kita. Mentaatinya hukumnya wajib kecuali jika menyuruh berbuat maksiat kepada Allah, maka tidak ada kepatuhan kepada makhluk untuk mendurhakai Al Khaliq 14. Mengakui kebaikan orang lain dan membalasnya adalah menjadi keharusan nseorang da’i. Rasulullah saw membalas kebaikan Abu Thalib dengan mengambil Ali untuk dirawat dan diasuh di rumahnya karena ingin meringankan beban Abu Thalib. Hal ini adalah salah satu bentuk takaful (saling membantu) dalam Islam. 15. Tidak apa-apa merubah nama seseorang. Rasulullah saw telah merubah nama Abdurrahman bi

0 komentar:

Posting Komentar

animasi blog
 
Gudang Ilmu Pengetahuan Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template