Dakwah Jahriyah
الجهر بالدعوة
DA’WAH TERBUKA
Penduduk Mekah mengamati gerakan Rasulullah saw di masyarakat, dan
mereka menemukan jejak da’wahnya di tengah-tengah masyarakat Mekah pada
masa da’wah sirriyah. Hanya saja mereka menganggapnya sesuatu yang
kecil, tidak menyentuh para pembesar dan penasehat, yang sering muncul
setiap waktu di pasar-pasar Arab dan kampung-kampungnya, kemudian
hilang. Karena itu pada awalnya, mereka tidak menganggap da’wah Nabi
sebagai ancaman. Mereka meyakini bahwa para pengikut itu akan segera
bubar dari Nabi akan pindah kembali ke agama mereka sampai akhir.
التحول من السر إلى الجهر
PERUBAHAN DARI SIRRIYAH KE JAHRIYAH
Di sisi lain, da’wah telah memiliki tokoh-tokoh yang beriman dan menjadi
komunitas yang solid. Telah menjadi kebiasaan Nabi berkumpul dengan
mereka untuk memberikan pengarahan dan pengajaran. Maka Nabi memilih
rumah Al Arqam bin Abil Arqam, salah seorang terdepan dalam Islam
sebagai tempat pertemuan, taujih dan shalat.
Rasulullah terus melakukan da’wah sirriyah sampai Allah ijinkan untuk
merubah caranya dari sirriyah ke jahriyah, dari tersembunyi menjadi
terbuka, mengumandangkannya agar semakin luas wilayahnya. Ketika itu
Allah turunkan ayat yang mewajibkan Rasulullah melakukan hal ini.
وأنذر عشيرتك الأقربين , واخفض جناحك لمن اتبعك من المؤمنين , فإن عصوك فقل
إني بريء مما تعملون
214. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
215. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu,
yaitu orang- orang yang beriman.
216. Jika mereka mendurhakaimu Maka Katakanlah: "Sesungguhnya Aku tidak
bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan" ( QS. Asy Syu’ara:
214-216 )
Ketika itu Rasulullah saw melaksanakan perintah Rabbnya. Tsiqahnya
(keyakinan) kepada Allah memenuhi dirinya dalam kebenaran da’wah yang
dibawanya. Beliau naik bukit Shafa, menyerukan dengan lantang: “Wahai
Bani Fihr… Wahai Bani ‘Adiy… “ isi suku Quraisy dipanggil semua sehingga
mereka berkumpul. Dan yang tidak dapat hadir menyuruh utusan untuk
mendengarkan berita yang hendak disampaikan. Lalu Rasulullah saw
berbicara:
أرأيتم لو أخبرتكم أن خيلاً بالوادي تريد أن تغير عليكم أكنتم مصدقي ؟
“ Bagaimana pendapat kalian jika saya sampaikan bahwa ada pasukan
berkuda di lembah yang hendak menyerang kalian, apakah kalian
membenarkannya? “
قالوا : نعم ! ما جربنا عليك إلا صدقاً
Mereka menjawab: “ Ya, kami tidak pernah membuktikan ucapanmu kecuali
selalu benar. “
قال : فإني نذير لكم بين يدي عذاب شديد!!
Kata Nabi: “ Sesungguhnya kami memperingatkan kalian dari adzab yang
berat. “
فقال أبو لهب : تباً لك ! ألهذا جمعتنا ؟!( ) .
Abu Lahab berkata: “ Celaka engkau! Hanya untuk urusan ini, engkau
kumpulkan kami.
Maka Allah turunkan dalam hal ini ayat yang berbunyi:
تبت يدا أبي لهب وتب(1)
ما أغنى عنه ماله وما كسب(2)
سيصلى نارا ذات لهب(3)
وامرأته حمالة الحطب(4)
في جيدها حبل من مسد(5)
1. Binasalah kedua tangan abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa
2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar
5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.
مكة وأهلها بعد الجهر بالدعوة
MAKKAH DAN PENDUDUKNYA PASCA DA’WAH JAHRIYAH
Rasulullah mulai da’wah terbuka dengan tetap bertawakkal kepada Allah,
menyampaikan di tengah-tengah umat manusia bahwa dirinya adalah pembawa
peringatan bagi mereka dari azab hari kiamat. Berita ini tersebar luas
setelah pertemuan di bukit Shafa. Warga Mekah baru menyadari bahwa
masalahnya serius bukan main-main. Muhammad saw terus dengan da’wahnya,
yang mengimaninya juga terus bertambah dan siap berkorban fi sabilillah.
Maka orang Quraisy mulai merasakan ancaman bahaya dari da’wah ini yang
akan menghancurkan apa yang mereka dapati dari nenek moyangnya,
menyembah berhala. Mulai berubah tatanan yang sudah mapan antara tuan
dan budak. Keluarga terbelah atas dasar iman dan kufur. Kebanggaan nasab
dan kedudukan mulai luntur. Setelah peristiwa Shafa, Mekah mulai
diliputi kewaspadaan dan goncangan, mulai berfikir menghadapi da’wah
yang hampir menggeser tradisi dan wairsan dari nenek moyangnya.
لماذا وقفت قريش في وجه الدعوة الإسلامية ؟
MENGAPA SUKU QURAISY BERDIRI MELAWAN DA’WAH ISLAM?
دعوة الإسلام إلى الإصلاح والمساواة
1. DA’WAH ISLAM KEPADA PERBAIKAN DAN KESETARAAN
Sesungguhnya prinsip Islam yang Rasulullah ajarkan menghancurkan
pilar-pilar masyarakat jahiliyah yang dibangun di atas kesukuan,
membelah manusia berdasarkan kedudukan, keturunan, kekayaan dan upaya
pemenuhan nafsu tanpa batas. Maka bagaimana mungkin kaum seperti ini mau
meninggalkan hak-hak istimewa yang telah lama mereka rasakan dan
menjadi pilar hidup serta tegaknya kekuasannya? Kaum Quraisy sangat
takut dengan apapun yang baru meskipun itu benar. Mereka lebih senang
dengan yang klasik yang diwarisi dari nenek moyangnya meskipun bathil
(salah).
حرص الزعماء على الرياسة
2. AMBISI KEKUASAAN
Para pembesar dan pemuka Quraisy berdiri melawan da’wah Islam karena
rasa hasad (iri) dalam dirinya sendiri. Karena merekalah orang yang
paling berambisi untuk menjadi pemimpin, sehingga mereka buta dari
kebenaran. Mereka tidak melihat Rasulullah, kecuali sosok yang akan
mengambil sendiri seluruh kekuasaan. Dalam dugaan mereka bahwa da’wah
adalah kekuatan yang memberikan kepada pembawanya ghanimah materi dan
kekuasaan.
عبادة الأصنام تيسر لهم ارتكاب السيئات
3. MENYEMBAH BERHALA MEMUDAHKANNYA MELAKUKAN KEBURUKAN
Warga Makkah mengakui bahwa berhala mereka tidak mampu mendatangkan
keuntungan atau menghindarkan bahaya. Berhala itu tidak akan menuntut
mereka karena kesalahan yang mereka buat. Dari itulah mereka dapat
melakukan apa yang mereka inginkan. Mereka menyadari jika beriman kepada
Allah, maka mereka akan diperhitungkan apa yang telah mereka perbuat.
Sehingga mereka menolak beriman dan meneruskan kufurnya untuk dapat
menikmati kebebasannya dan kebahagiaan dengan berhalanya.
الإيمان بالآخرة يلزمهم بالصلاح ويمنعهم من الظلم
4. MENGIMANI AKHIRAT MENGHARUSKAN BERAMAL SHALIH DAN MENCEGAHNYA DARI
PERBUATAN ZHALIM
Ayat-ayat tegas yang dibacakan Nabi Muhammad saw mengetuk telinganya,
mengingatkan mereka dari adzab Allah ketika mereka dihadapkan dengan
perhitungan amal yang detail setelah kematian. Jika mereka beramal baik
maka surga balasannya, dan jika beramal buruk maka neraka abadi telah
menantinya.
Orang-orang Quraisy mengalami kebimbangan tentang kebangkitan,
perhitungan dan surga, karena keterikatan mereka dengan kenikmatan
sesaat hari ini. Adapun mengimani surga maka akan mengharuskan mereka
beramal shalih, hati terus terjaga, usaha yang serius, hidup mulia.
Sedang mereka ingin lepas dari semua tugas ini agar dapat melakukan
maksiat, memenuhi syahwat, tanpa ada pengawas atau penghitung. Dari
semua itulah mereka melakukan perlawanan keras dan penolakan terhadap
da’wah tauhid, dendam kepada Rasul yang mulia dan para pengikutnya yang
beriman.
قريش على طريق الخصومة والعداء
5. SUKU QURAISY DI
إليه
Da'wah Sirriyah
الدعوة إلى الإسلام سراً والسابقون
Auf, dll. Dan kita disuruh memilih nama terbaik bagi anak-anak kita.
DA’WAH SIRRIYAH DAN PARA PENDAHULUNYA
الدعوة إلى الإسلام سرا
A. DA’WAH SIRRIYAH
Rasulullah saw mengamalkan perintah Rabbnya dengan memulai da’wahnya di
Makkah kepada orang-orang yang paling dekat dengannya. Menyampaikannya
dengan sangat hati-hati. Secara alami Rasulullah saw sampaikan kebenaran
yang Beliau terima itu kepada orang yang ada di sekitarnya baik
keluarga maupun teman, orang yang dirasa bisa dipercaya, keikhlasannya,
lurus pemikirannya dan mengenalinya. Orang yang dari gelagat dan jalan
hidupnya akan mendorong untuk membenarkan dan mengimaninya. Hal ini
dilakukan dengan sirriyah (sembunyi-sembunyi) untuk menghindari gangguan
dan kemarahan orang-orang musyrik.
Jika ada salah seorang yang terbuka hatinya untuk Islam, ia datang
menemui Nabi Muhammad saw lalu menyatakan keimanannya dan menerima
arahan Nabi, sehingga mereka berkumpul di rumah Al Arqam bin Abil-Arqam
dengan sembunyi-sembunyi dari orang Quraisy yang menyembuinmyikan
permusuhan dan kebencian pada siapapun yang keluar dari ritual ibadahnya
dan meninggalkan Tuhannya.
Para pendahulu Islam ini jika mereka ingin shalat, mereka pergi ke
lembah Makkah yang rendah, lalu mereka melaksanakan shalat di sana
sehingga Islam menyebar di Makkah. Kemudian Allah swt menurunkan Al
Qur’an kepada Rasul-Nya untuk semakin menambah keteguhan imannya.
مدة الدعوة السرية
B. MASA DA’WAH SIRRIYAH
Sudah menjadi ketetapan Allah bahwa da’wah sirriyah ini berlangsung
selama tiga tahun. Waktu yang cukup untuk menyebarkan agama baru bagi
penduduk Makkah, kepada orang-orang yang berjiwa besar yang bergegas
mengimaninya karena ketsiqahan mereka dengan Rasulullah saw,
penghormatan dan kekaguman mereka kepada pribadinya, disertai ketepatan
akal mereka dalam menilai hakekat Islam yang dida’wahkan kepadanya. Maka
masuklah ke dalam hati mereka rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya,
mengikuti apa yang diserukan kepadanya, yaitu hanya menyembah Allah dan
meninggalkan penyembahan kepada berhala. Jumlah mereka sekitar tiga
puluh orang.
الرعيل الأول من المسلمين
C. KAUM MUSLIMIN ANGKATAN PERTAMA
Inilah kelompok pendahulu. Orang-orang yang ada pada waktu yang
berbahagia, maka segeralah mereka mentaati Allah dan Rasul-Nya, sehingga
mereka menjadi generasi dan kelompok orang-orang pertama yang beriman
kepada Rasulullah saw, menghormatinya, membelanya, dan mengikuti cahaya
yang diturunkan kepadanya. Sejarah mencatat kecepatan mereka kepada
Islam dalam lembaran cahaya, yang selalu menjadi kebanggaan kaum
muslimin di setiap ruang dan waktu.
Orang-orang yang mula-mula beriman dan membenarkan Nabi Muhammad adalah
keluarga dan istrinya.
1. Khadijah binti Khuwailid ra
Suatu yang wajar jika ia bergegas mengimaninya. Ia telah membuktikan
amanah, shidq, ketinggian jiwa, cinta kebaikan dan kasih sayang
sepanjang hidupnya. Dalam beberapa tahun ia menyaksikannya tahannuts
(ibadah panjang). Kebenaran memenuhi jiwanya, ia cari dengan ketinggian
hati, jiwa dan akalnya, melewati pikiran kaumnya yang menyembah berhala,
mendekatkan diri dengan berbagai pendekatan. Orang-orang yang
menganggap berhala itu bisa mendatangkan bahaya dan mendatangkan
keuntungan, mereka menganggapnya layak untuk disembah dan disucikan.
Ia menyaksikan ibadahnya beberapa tahun, dan menyaksikan langsung
bagaimana Beliau pulang dari gua Hira setelah ditunjuk sebagai Nabi
dalam kebimbangan besar atas apa yang dialaminya.
Ia adalah orang yang paling dekat dengannya, sehingga menjadi orang yang
paling mengenalnya, maka jadilah orang pertama yang mengimaninya.
2. Ali bin Abi Thalib ra.
Ia tinggal bersama dengan Rasulullah saw yang mengasuh, merawatnya dan
melindunginya sebagaimana melindungi anaknya untuk meringankan beban
pamannya, Abu Thalib yang banyak anak dan sedikit hartanya pada saat
orang Quraisy ditimpa paceklik. Ia sampaikan kepada pamannya Al Abbas
bin Abdul Muththalib: “Sesungguhnya Abu Thalib adalah orang yang banyak
anaknya, dan sekarang sedang terjadi paceklik, maka marilah kita
ringankan bebannya, Engkau ambil satu dan saya ambil satu.” Keduanya
berangkat ke rumah Abu Thalib dan menyampaikan pendapatnya. Al Abbas
mengambil Ja’far bin Abi Thalib, dan Nabi mengambil Ali bin Abi Thalib.
Ali berada dalam tanggungan Nabi sebagaimana anaknya, sampai datang masa
kenabian ia berusia delapan tahun. Ia mengikuti seluruh amal Nabi,
tidak pernah menyembah berhala sekalipun, atau tercemar oleh noda
jahiliyah.
Ketika Allah mengajarkan shalat kepada Nabi, ia dan Khadijah shalat
bersama. Ali melihat keduanya ruku’ dan sujud, membaca Al Qur’an. Ali
memperhatikannya dengan penasaran, setelah keduanya selesai ia bertanya
untuk siapa keduanya bersujud. Nabi menyampaikan bahwasannya Beliau
bersujud kepada Allah yang telah mengutusnya sebagai Nabi,
memerintahkannya berda’wah, mengajak manusia kepada Islam, mengajaknya
menyembah Allah saja, meninggalkan berhala, membacakan Al Qur’an. Maka
Ali segera membenarkannya dan beriman kepada Allah. Maka dialah
anak-anak pertama yang masuk ke dalam agama Allah, setelah Khadijah ra.
3. Zaid bin Haritsah ra
Setelah Ali masuk Islam, Zaid bin Haritsah mantan budak Nabi saw masuk
Islam. Budak yang dimerdekakan dan diangkat menjadi anak dengan
pengumuman terbuka. “Wahai manusia, saksikanlah bahwa Zaid ini adalah
anakku,” sampai Allah batalkan status anak angkat.
Zaid lebih memilih tinggal bersama Nabi daripada pulang kembali ke
keluarganya, karena cintanya kepada Nabi, kekagumannya dengan kemuliaan
akhlaknya. Rasulullah saw juga mencintai dan memperlakukannya dengan
baik sebagaimana perlakuannya kepada anaknya.
4. Abu Bakar Ash Shiddiq
Namanya Abdullah bin Abi Quhafah, laki-laki dewasa yang pertama beriman.
Ia orang yang sangat jujur dan dekat dengan Nabi Muhammad saw., Nabi
memberinya gelar As Shiddiq. Dialah teman perjalanan hijrahnya ke
Madinah.
Abu Bakar dikenal kebersihan diri, amanah dan shidq. Karena itulah ia
menjadi orang pertama yang diajak masuk Islam. Orang pertama yang
diajari wahyu Allah yang diterima Nabi. Abu Bakar tidak ragu-ragu
memenuhi ajakan Nabi. Orang-orang yang berakal sehat akan segera
membenarkannya dan meninggalkan penyembahan berhala.
Abu Bakar adalah sosok yang dimuliakan di tengah kaumnya, dibanggakan di
suku Quraisy, dicintai. Mereka mengakui ilmu Abu Bakar tentang nasab
(asal usul seseorang) perniagaan dan pergaulannya.
Abu Bakar menyampaikan imannya kepada Allah dan Rasul-Nya itu kepada
para sahabatnya. Mengajak kaumnya yang tsiqah dengannya. Demikianlah
da’wah menyebar. Allah mudahkan penyebarannya lewat tokoh-tokoh seperti
Abu Bakar Ash Shiddiq. Islamnya menjadi kunci bagi imannya komunitas
shalih, orang-orang yang tsiqah, benar berpikir, haus akan kebenaran,
kebaikan dan kemuliaan akhlaq.
5. Utsman bin Affan
Usianya sekitar tiga puluh empat tahun, bekerja sebagai pedagang,
memiliki keuntungan besar. Ketika pamannya tahu ia masuk Islam pamannya
mengikatnya dan mengatakan: “Kamu sudah tidak suka dengan agama nenek
moyangmu, dan pindah ke agama baru? Demi Allah, aku tidak akan
melepaskanmu hingga engkau tinggalkan agama itu.” Ketika Utsman tetap
komitmen dengan agama barunya, dan pamannya melihat ketegarannya,
akhirnya pamannya meninggalkannya dengan putus asa.
6. Az Zubair bin Al Awwam
Ketika masuk Islam, pamannya mengikatnya dengan rantai dan memasukkannya
ke dalam ruangan kemudian dipenuhi asap, untuk menekannya agar kembali
ke agama nenek moyangnya. Tetapi Allah menguatkannya dan memberinya
kesabaran dari tekanan pamannya itu. Ketika masuk Islam, Az Zubair belum
melewati usia murahaqah (menjelang baligh).
7. Sa’d bin Abi Waqqash
Ketika ibunya, Hamdunah binti Sufyan bin Umayyah mengetahuinya telah
masuk Islam, ia marah dan berkata: Hai Sa’d, aku dengar kamu telah
meninggalkan agama nenek moyangmu. Aku bersumpah bahwa tidak ada lagi
atap yang menaungiku dari panas dan dingin, dan tidak ada makan minum
sehingga anaknya meninggalkan ajaran Muhammad.”
Hal ini berlangsung selama tiga hari. Sa’d adalah orang yang sangat
mencintai dan berbakti kepada ibunya. Dan ibunya ingin memaksanya kufur.
Ketika ia bingung, ia mendatangi Rasulullah saw mengadukan keluhannya.
Maka turunlah firman Allah:
ووصينا الإنسان بوالديه حسنا وإن جاهداك لتشرك بي ما ليس لك به علم فلا
تطعهما إلي مرجعكم فأنبئكم بما كنتم تعملون
Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan
kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. ( QS. Al Ankabut: 8 )
Rasulullah menyuruhnya untuk bertahan dalam kebenaran. Dan ibunya pasti
akan makan dan minum mencari tempat berteduh ketika sudah tidak tahan
lagi. Tetapi Sa’d harus berbuat baik kepadanya selama tidak mengajaknya
kepada perbuatan syirik. Karena setiap muslim berkewajiban berbuat baik
kepada kedua orang tuanya dengan ucapan dan perbuatan, mentaati
perintahnya selama tidak menyuruh kekufuran. Tidak ada kepatuhan kepada
sesama makhluk untuk mendurhakai AL Khaliq.
Termasuk dalam pendahulu Islam ini adalah : Abdurrahman bin Auf, bernama
Abdu Amr di masa jahiliyah, lalu Rasulullah saw merubah namanya menjadi
Abdurrahman. Ada pula Thalhah bin Ubaidillah, setelah itu Abu Ubaidah
bin Al Jarrah, dan penduduk Mekah lainnya.
8. Shuhaib Ar Rumiy,
Dialah Shuhaib bin Sinan, dikenal dengan Ar Rumiy karena pernah menjadi
tawanan Romawi di waktu kecilnya, sehingga bicaranya terpengaruh oleh
dialek Romawi. Kemudian dibeli oleh seseorang dari suku Kalb, lalu
dijual di Mekah. Kata Shuhaib: Aku melihat Rasulullah saat itu hanya
bersama lima A’bud (bernama Abd….), dua orang wanita dan Abu Bakar.
Maksudnya adalah keadaan da’wah ketika dia masuk Islam.
9. Abdullah bin Mas’ud
Semula adalah penggembala kambing milik keluarga ‘Uqbah bin Abi Mu’ith,
salah seorang musyrik Quraisy. Ketika dia melihat ayat yang jelas dan
seruan berakhlaq mulia dari Rasul yang mulia, ia tinggalkan berhala, dan
menyertai Rasulullah saw dengan menjadi pelayannya, karena cinta dan
penghormatannya kepadanya.
10. Abu Dzar Al Ghifari
Seorang Arab Badui, berbahasa Arab fasih, dan indah ketika berbicara.
Ketika mendengar diangkatnya Muhammad sebagai seorang Nabi, ia suruh
saudaranya pergi ke Mekah mencari tahu tentang Rasulullah saw, yang
mendapat wahyu dari langit.
Ketika saudaranya datang ia diberitahu tentang ayat-ayat nyata yang
didengar dan dilihatnya. Maka berangkatlah Abu Dzar dan berusaha untuk
dapat bertemu dengan Rasul yang mulia ini. Ali bin Abi Thalib
menerimanya sebagai tamu, karena Abu Dzar orang yang tidak dikenal di
Mekah. Tamu ini meminta dengan sangat agar dapat bertemu dengan
Rasulullah saw. Begitu ia mendengar langsung dari Nabi saat itu juga ia
menyatakan syahadat, dan keluar ke masjid menyatakan Islam dengan suara
kerasnya. Orang-orang memukulnya sehingga ia jatuh ke tanah. Al Abbas
bin Abdul Muththalib menyelamatkannya dari pengeroyokan itu,
mengingatkan kaumnya bahwa Abu Dzar adalah suku Ghifar, yang menjadi
lintasan orang Quraisy ketika berdagang ke Syam.
Keimanan yang memenuhi hati Abu Dzar menjadikannya tidak dapat
mengendalikan diri untuk menyatakannya, meskipun berhadapan dengan
derita.
الإسلام يجمع أتباعه على مبادئه السامية
D. ISLAM MENGHIMPUN PENGIKUTNYA DI ATAS PRINSIP YANG LUHUR
Saat itu Nabi tidak membawa pedang yang dipakai untuk membunuh lawan.
Tidak ada sesuatu yang membuat orang meninggalkan agama nenek moyangnya,
mengikutinya untuk mendapatkan harta benda. Banyak di antara mereka
yang lebih banyak kekayaannya daripada Nabi Muhammad saw, seperti Abu
Bakar dan Utsman. Demikian juga para mustadh’afin yang mengikutinya
lebih memilih duka, derita, lapar dan tekanan, padahal jika mereka
mengikuti tuan-tuannya, mereka dapat lebih tenteram, lebih nikmat. Akan
tetapi hidayah Allah itulah sebenar-benarnya petunjuk. Kebenaran yang
dibawa oleh Rasulullah yang mulia adalah cahaya yang melapangkan dada
mereka untuk menerima iman. Tidak ada perbedaan antara tuan dan budak,
antara bangsawan dan rakyat jelata, laki-laki dan wanita, miskin dan
kaya, tua dan muda, kota dan pedalaman. Mereka semua terhimpun dalam
agama baru dengan prinsip-prinsipnya yang mulia sehingga tersebarlah
da’wah dan umat manusia masuk ke dalam agama Allah.
Mereka mempersiapkan diri untuk tadhiyah (pengorbanan) di jalan da’wah
dengan jiwa dan harta mereka, karena mereka mendapatkan rasa aman,
ketenangan jiwa, kebahagiaan hakiki dan keberadaan mereka di dunia
menjadi bermakna. Hidupnya memiliki tujuan yang akan dicapai.
وفي رسول الله أسوة حسنة
E. RASULULLAH TELADAN YANG BAIK
Kenyataan di setiap (zaman wa makan) ruang dan waktu tidak pernah kosong
dari para pendukung yang memiliki akal sehat, fitrah yang lurus dan
orang-orang yang bergegas untuk mengimani apa yang telah diterimanya,
meskipun berhadapan dengan penderitaan, atau kehilangan kenikmatan
dunia, terutama jika menemukan pemimpin terdepan yang mulia, yang dengan
akhlak dan amalnya menjadi potret hidup bagi apa yang diserukannya
kepada umat manusia. Dan sesungguhnya Rasulullah saw adalah fakta dzahir
aplikasi Al Qur’an.
الدروس المستفادة
F. PELAJARAN YANG BERMANFAAT
1. Yang dimaksud dengan SIRRIYATUDDA”WAH bukanlah tidak ada seorangpun
yang terdengar berda’wah, akan tetapi maksudnya adalah SIRRIYATUL
HARAKAH (gerakan tersembunyi), tidak terbuka dalam forum terbuka, atau
yang sekrang disebut dengan DA’WAH FARDIYYAH
2. Seorang harus cepat bergerak, merekrut orang yang tsiqah lewat
tajribah untuk ditawarkan da’wah kepada mereka. Hendaklah pandai memilih
kader. Di antara orang-orang yang direkrut Abu Bakar As Shiddiq, enam
di antaranya dijanjikan masuk surga.
3. Sebelum terbuka da’wah, seorang da’i wajib memiliki pilar kuat yang
mampu menghadapi siapapun yang menghalangi da’wah
4. Seorang da’i harus menjaga da’wahnya dan pengikutnya sehingga dapat
menyebar dan menemukan orang yang dapat membawa da’wahnya. Semakin
tersembunyi gerakannya maka semakin menyulitkan lawan untuk memukulnya
5. Prioritas da’wah adalah orang terdekat. Dialah orang yang paling tahu
dengannya. Hendaklah dimulai darinya, jangan meninggalkannya. Baik ia
itu isteri, anak, orang tua, kerabat, tetangga, teman dekat, ataupun
orang yang tsiqah dengannya.
6. Wanita shalihah berperan penting dalam menopang suaminya yang
berdakwah seperti yang dicontohkan oleh Khadijah ra.
7. Seorang da’i tidak boleh membatasi dirinya pada generasi tertentu,
atau kelas sosial tertentu. Orang pertama yang beriman dengan Nabi
adalah Khadijah, anak kecil pertama adalah Ali bin Abi Thalib, orang
merdeka adalah Abu Bakar ash Shiddiq. Zaid bin Haritsah adalah mantan
budak Nabi. Mereka mewakili seluruh lapisan sosial.
8. Da’wah pada fase sirriyah telah mampun menghimpun seluruh lapisan
masyarakat, besar-kecil, muda-tua, pria-wanita, budak-merdeka,
miskin-kaya. Da’wah tidak hanya terbatas pada kelompok miskin dan hamaba
sahaya saja, seakan-akan mereka adalah lapisan dendam sosial seperti
yang difahami sebagian orang. Rumah Al Arqam bin Abi Al Arqam telah
menghimpun seluruh kekayaan suku Quraisy.
9. Jumlah kaum muslimin pada masa da’wah sirriyah mencapai enam puluh
orang, tiga puluh satu di antaranya datang dari pemuka quraisy, tiga
dari qabilah lain, dua belas wanita, empat belas budak. Data ini
menjawab anggapan yang menyatakan bahwa mereka yang mula-mula masuk
Islam mayoritas budak dan fuqara.
10. Da’wah dengan qudwah hasanah (teladan yang baik) lebih efektif
pengaruhnya dibandingkan dengan ucapan saja. Karena mayoritas orang yang
menyambut da’wah adalah orang-orang yang paling mengenal Rasulullah
saw, dan mengenal orang yang mengajaknya kepada Islam, seperti Abu Bakar
Ash Shiddiq. Maka kita tidak bisa melupakannya.
11. Shalat sudah diwajibkan atas kaum muslimin sejak awal da’wah,
meskipun berbeda bilangan rakaat atau waktunya, hingga peristiwa Isra’
Mi’raj, akan tetapi shalat telah diwajibkan bahkan menjadi sarana utama
tarbiyah di Mekah, seperti yang diterangkan dalam surat Al Muzzammil
12. Ujian adalah salah satu sunnah da’wah. Maka setiap da’i harus
bersabar dan berserah diri sehingga datang pertolongan Allah
13. Berbuat baik kepada orang tua adalah perintah agama meskipun mereka
berbeda agama dengan kita. Mentaatinya hukumnya wajib kecuali jika
menyuruh berbuat maksiat kepada Allah, maka tidak ada kepatuhan kepada
makhluk untuk mendurhakai Al Khaliq
14. Mengakui kebaikan orang lain dan membalasnya adalah menjadi
keharusan nseorang da’i. Rasulullah saw membalas kebaikan Abu Thalib
dengan mengambil Ali untuk dirawat dan diasuh di rumahnya karena ingin
meringankan beban Abu Thalib. Hal ini adalah salah satu bentuk takaful
(saling membantu) dalam Islam.
15. Tidak apa-apa merubah nama seseorang. Rasulullah saw telah merubah
nama Abdurrahman bi
0 komentar:
Posting Komentar